Friday, March 16, 2018

Saihate no Paladin. Prolog


Saihate no Paladin. Chapter 1 The Boy in the City of The Dead

Prolog



-Mataku memandang pada kegelapan, mendengarkan pada kesunyian, berpikir tentang kematian.

-Ibarat cahaya, bagaikan kegelapan, pasti ada kehidupan sesunyi kematian.

[][][][][][][][]


Mati, ingatanku tentang waktu itu menjadi samar-samar dan kabur.
…… Kebanyakan waktuku kuhabiskan dalam ruang yang sempit dengan cahaya redup.


Aku telah gagal. Di suatu tempat aku telah gagal pada sesuatu. Sebagai hasil dari kegagalan itu, ini menjadi kenyataan yang mustahil bagiku untuk meninggalkan rumah.


Keluargaku hanya ragu-ragu dalam menghubungiku. Mereka tidak memarahiku. Mereka juga tidak bersedih.


Aku pun hanya dapat tersenyum pahit  pada kelakuan ragu mereka. Keadaan setengah nyaman itu telah menjadi kenyataan bagiku.

Ini semua mungkin kebaikan bagi  mereka. Tapi bagiku, ini semua hanyalah racun.


Waktu demi waktu, perasaan frustasi terpendam di dalamku, dan ini sampai pada poin dimana aku ingin mencongkel hatiku keluar. Ruang itu memberiku sebagian kenyamanan. Dan rasa takut pergi ke dunia luar tertanam padaku. Keluargaku tidak berkata apapun. Aku pun ragu untuk melangkah maju, walaupun hanya selangkah.


Aku mungkin dapat mengulanginya, mungkin. Tapi , aku telah gagal pada hari itu. Dan, pada hari berikutnya.

Kemudian, untuk seminggu.
Kemudan, untuk sebulan.
Kemudian,  untuk setahun.
Kemudian, untuk sepuluh tahun.


Mungkin jika aku melangkah ke depan, sesuatu mungkin akan berubah.

Akan tetapi, jika aku tidak melangkah ke depan. Aku tidak dapat melangkah maju. Aku bahkan tidak punya keberanian untuk mengambil satu langkah. Pada akhirnya, ini hanya satu langkah yang berulang-ulang, tapi   [sesuatu]   di dalamku telah rusak. Atau mungkin ini hanyalah alasan bahwa  [sesuatu]  telah rusak.


Selagi masih memungkinkan untuk melangkah ke depan, alasan untuk menyerah terus berlanjut menumpuk.


…… Karena ini semua telah terlambat.
…… Karena ini semua tidak mungkin untuk diperbaiki.
…… Karena, aku tidak paham apa yang bisa aku lakukan lagi.
…… Karena, aku hanya bisa tertawa jika aku melakukannya sekarang.


Frustasi terhadap berbagai hal terus bertambah kuat. Meskipun Aku ingin melangkah maju, Aku takut pada langkah pertama. Aku rindu untuk melakukan sesuatu, tapi Aku tidak tahu harus melakukan apa. Hidup menjadi menyakitkan, Aku masih belum berkeinginan untuk mati.


Hidupku membosankan, memakan apa yang diberikan, menghabiskan waktu dengan keinginan yang tidak berarti, dan hidup hanya dengan nama. Takut akan gagal, Aku mengalihkan pandanganku dari kesalahan di masa lalu dan menyerahkan diriku pada kondisi setengah sadar yang bodoh.


Ada ingatan yang samar dalam kematianku.
Ini sudah tidak bisa di tolong lagi, layaknya hidupku sendiri yang sudah pasti tidak jelas, seperti telah sampai pada kehancuran.


Ruang sempit dan redup itu.
Kehidupan dimana pagi dan malam tertukar.
Cahaya pada monitor.
Suara ketikan pada keyboard.
Kehancuran yang terpecah belah berlanjut.


Diantara semua hal itu, terdapat sedikit ingatan yang tersisa.


Suara dari mesin yang bergerak. Truk yang berjalan membawa peti mati putih tepat di depanku. Pintu dari tungku kremasi yang menutup  dengan lambat dan menghasilkan suara mekanik yang kejam.

Tertutup dengan mudah.

Ingatan jelas  yang masih terlihat samar adalah kematian orangtuaku.
Sebelum mataku, terlebih dahulu orangtuaku telah menjadi abu.

Apakah aku mengusap air mata? Semuanya terlihat samar.


Hanya dari ingatan itu Aku telah paham, ini semua telah terlambat untuk mengambil langkah pertama… Sebelum Aku menyadarinya, ingatan tentang hari yang samar itu telah berakhir.
Mati, ingatan tentang waktu itu telah hilang. Hidup ini tidak lain hanyalah tidak jelas dan suram.

--Pada akhirnya, Aku mempunyai perasan bahwa Aku melihat cahaya yang redup.


[][][][][][]][][][][][][]
Orewanovel*blogspot*co*id

“Uwaa……….”

Aku terbangun dari ingatan berkabut dan suram.

Aku melihat plafon yang redup……


Dan kemudian, tiba-tiba, seorang skeleton muncul di depanku. Skeleton dengan kalung roh biru yang mengitari kedua matanya yang berongga, dan suara gemerincing tulang dari rahang mulutnya saat dia mengulurkan tangannya ke arahku.

“Uwaaaaaahhh……!?”

Aku Berteriak.


[][][][][][][][][][][]


Maaf, Karena Kata-katanya agak sulit jadi saya agak lama menerjemahkannya.
Jangan lupa share dan comment.
Cek daftar isi agar bisa lihat ilustrasi charanya.

No comments:

Post a Comment

Terpopuler